The Psychology of Money​

Anxious Attachment dan Uang

19 Des 2023

thumbnail
Artikel ini ditulis oleh Aleima Sharuna, Mental Health Advocate & Pracitioner

Sore itu saya kedatangan--sebut saja namanya Mawar--yang sudah datang dengan wajah sembab. Ia bercerita tentang mantan pasangannya yang mendadak dingin dan maju-mundur terkait rencana pernikahan..

Setelah mencari kepastian akan hubungan mereka, sang mantan pasangan mundur. Hubungan mereka berakhir. Keesokan hari, sang mantan pun hilang, tidak dapat dihubungi, baik melalui pesan singkat maupun telepon genggam. Ia sempat mencoba menggunakan nomor telepon temannya, tapi nir respons. Kebingungan, Mawar memutuskan datang ke sesi konseling. 

Dalam sesi, Mawar mengaku sangat takut ditinggal. Ia mengungkapkan, telah mengusahakan segalanya agar hubungannya tetap berjalan. Ia banyak berkorban demi mendapat hasil yang diharapkan: ada seseorang yang bisa menerima dia apa adanya. Namun, semua itu buyar. Sekarang, ia kebingungan.

Setelah berbincang cukup intens, ternyata ada alasan lain di balik ketakutan Mawar. Sang mantan ternyata telah meminjam uang Mawar dan belum mengembalikannya. Mawar panik, tak menyangka akan kehilangan uang yang dulu rela ia pinjamkan dalam sekejap, tanpa berpikir panjang. 

Tidak hanya meminjamkan uang, Mawar bercerita, ia juga ingin dilihat sebagai ‘malaikat’ oleh sang mantan. Maka saat sang mantan kesulitan, Mawar selalu menawarkan bantuan, baik untuk mengisi pulsa HP, membayar makanan, atau membeli kue ulang tahun temannya atas nama sang mantan. Bagi Mawar, semua hal tersebut kecil jika dibandingkan dengan rasa aman, nyaman, dan bahagia yang diberikan oleh sang mantan.

Cerita seperti ini bukan hal jarang yang saya temukan. Beberapa dari kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri hal yang mirip seperti di atas. Ketakutan ditinggal, kebutuhan akan rasa aman dalam berhubungan, maupun perlunya perhatian secara konstan. 

Bisa jadi, apa yang dialami Mawar maupun beberapa dari kita yang mengalami ciri-ciri tersebut memiliki Anxious Attachment. Namun perlu diingat, dibutuhkan tes maupun observasi dari psikolog profesional untuk memeriksa hal ini pada diri kita, ya. 

Apa itu Anxious Attachment?

Jika dilihat lebih dalam, apa sih Anxious Attachment itu, dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi kondisi keuangan kita?

Anxious attachment merupakan salah satu jenis kelekatan (dalam insecure attachment) yang membentuk pola hubungan kita hingga dewasa. Hal ini biasanya muncul dari pengalaman saat bertumbuh, yang mana pengasuh utama kita tidak/kurang konsisten dalam memberikan perhatian fisik maupun emosi. Sehingga muncul rasa cemas atau takut akan kehilangan sosok tersebut. 

Pada masa dewasa, hal ini dapat terlihat dari butuhnya seseorang akan perhatian maupun konfirmasi bahwa ia aman dalam hubungan, dibutuhkan, dan dicintai. Itulah yang mendorong mereka, termasuk Mawar, untuk melakukan banyak hal agar merasa aman dalam hubungan, mendapatkan perhatian terus-menerus, dan tidak ditinggalkan. Tentunya, pola kelekatan ini memberikan dampak dalam keuangan mereka. Kok bisa?

  1. Seseorang dengan anxious attachment style cenderung melakukan berbagai hal agar mendapatkan rasa aman dan cinta yang ia butuhkan. Kadang, ia rela untuk mengeluarkan uang lebih atau bahkan di luar kemampuannya agar dapat mempertahankan kasih sayang dan cinta yang ia butuhkan. Salah satu ketakutannya adalah ditinggalkan, sehingga kadang pembelanjaan secara impulsif terjadi demi menghindari hal tersebut.
  2. Salah satu kesulitan yang dialami seseorang dengan kelekatan ini adalah melihat bahwa dirinya baik dan berharga. Hal ini dapat menghambat perkembangan dirinya untuk maju, sehingga kondisi finansialnya pun cenderung lambat. Dibutuhkan kepercayaan diri untuk melihat bahwa ia cukup baik dan mampu untuk memembangun perubahan dalam hidupnya, termasuk dalam aspek keuangan.
  3. Bagi beberapa orang dengan pola kelekatan ini, kesungguhan pasangan juga dilihat dari  komitmen finansial mereka. Mereka beranggapan bahwa komitmen finansial merupakan salah satu bentuk perlindungan maupun bahasa cinta yang diberikan oleh pasangan. Sehingga kurangnya kontribusi finansial, terutama saat berumah tangga, dapat memunculkan tanda tanya akan besarnya cinta dan dukungan pasangan.
  4. Dikutip dari SouthAsianTherapist.org, seseorang dengan anxious attachment memproyeksikan ketakutannya akan ditinggal dan tidak mendapatkan cinta dengan pengalaman ketakutan tidak pernah mendapatkan uang yang cukup. Khawatir bahwa tidak ada orang yang dapat dipercaya untuk selalu ada terproyeksikan pada minimnya kepercayaan mereka bahwa uang akan selalu ada untuk mereka. Hal ini bisa saja membentuk perilaku yang cenderung gila kerja atau penghematan yang berlebihan demi mendapatkan keamanan yang lebih besar dengan uang.

Lalu, apa yang bisa kita mulai lakukan dengan keuangan kita jika memiliki pola kelekatan ini?

Perlunya membangun rasa berharga dan kepercayaan akan kemampuan diri

Hal ini dapat menguatkan akar dan mengukuhkan kekuatan untuk berdiri di atas kaki sendiri. Tidak lagi menyandarkan diri ke bahu orang lain, apalagi diselamatkan oleh mereka. Tentunya pandangan ini dapat membantu kita untuk melihat lebih jernih, seberapa besar kebutuhan kita untuk mengeluarkan uang (untuk orang lain)?

Selain itu, membangun rasa berharga pada diri membangun kemampuan kita untuk mengubah kondisi hidup dengan segala daya dan upaya yang kita miliki. Jika bisa, tulis satu persatu; apa bakat dan kemampuan yang saya miliki? Apa pengalaman yang dapat saya bagi dan gunakan untuk membangun diri saya?

Pelajari regulasi emosi

Mengenali, menyadari, dan meregulasi emosi dengan tepat dapat membantu kita untuk lebih terkoneksi dan bersahabat dengan diri. Saat koneksi terbangun, rasa percaya tumbuh, dan ketenangan dari dalam diri perlahan muncul.  Kebutuhan untuk meredakan emosi tidak nyaman dengan membeli sesuatu secara impulsif dapat perlahan dihilangkan. Membeli sesuatu pun dapat dilakukan dengan lebih sadar.

Memperlakukan uang sebagai “pihak” yang sejajar dan bukan di atas kita

Salah satunya dengan mempelajari dan mengembangkan keterampilan keuangan sehingga kita dapat merasa aman dan berada dalam kontrol. Tidak lagi takut akan uang yang tidak dapat ditebak, namun dapat kita prediksi sejak dini. Mengelola keuangan dengan bijak dan tepat dapat mengurangi kecemasan kita akan uang.

Belajar untuk membangun rasa percaya akan kehidupan

Seringkali kecemasan kita terkait uang didasari oleh ringkihnya rasa percaya kita akan hidup ini. Mungkin saat bertumbuh kita merasa hidup begitu besar, namun tidak sepenuhnya memberikan pengalaman yang suportif, menyenangkan, maupun penuh cinta kasih yang konsisten. 

Maka itu, perbaikilah relasi dengan diri, Jiwa Kecil kita, dan juga kehidupan dengan menyeluruh. Hal ini dapat dimulai dengan konseling, meditasi, ataupun beberapa metode lain yang dapat mendukung hal ini.

Saat ini, Mawar sudah tidak lagi mengejar sang mantan. Kejadian tersebut membuka mata hatinya; dirinyalah yang perlu untuk “dikejar”, dicintai, dan disayangi. 

Perlahan ia mulai membangun rasa berharga pada dirinya, membangun batasan pada pria yang tidak menghargainya, dan menciptakan kondisi finansial yang lebih aman. Tidak lagi membuangnya secara impulsif, dan membangun hubungan yang lebih harmonis dengan uang itu sendiri. Meski saat ini tidak memiliki pasangan, Mawar merasa lebih penuh, berdaya, dan bahagia.