Artikel ini ditulis oleh Aleima Sharuna, Mental Health Advocate & Pracitioner
Setelah membahas beberapa tipe kelekatan dan kaitannya dengan uang pada dua artikel sebelumnya, kali ini kita akan membahas tentang Disorganized Attachment style. Pernahkah Anda mendengar istilah ini?
Banyak yang mengatakan tipe kelekatan ini adalah yang paling sulit karena perpaduan dari Anxious dan Avoidant Attachment Style. Sehingga ada pola yang tidak teratur dari perilaku seseorang dengan tipe kelekatan ini. Apa yang menyebabkan hal ini?
Penyebab Disorganized Attachment Style dapat bervariasi, namun, seringkali terkait dengan pengalaman traumatis atau kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi ini bisa timbul akibat ketidakmampuan pengasuh (utama) untuk memberikan perlindungan yang konsisten dan rasa aman kepada anak.
Pengalaman traumatis maupun kekerasan yang anak lihat atau alami dengan pengasuhnya menghilangkan kepercayaan dan membentuk rasa takut terhadap pengasuh tersebut. Dimana idealnya pengasuh (utama) memberikan perlindungan dan kenyamanan. Anak pun merasa kebingungan; di satu sisi ia butuh perhatian dan kasih sayang dari pengasuh tersebut, namun di sisi lain ia merasa tak aman jika berada di dekatnya.
Dampak yang terlihat saat dewasa adalah kebutuhan yang kadang kontradiktif: satu sisi ia menginginkan kasih sayang dan menjadi bagian dalam hidup seseorang/kelompok, namun di sisi lain ia sulit untuk memulai hubungan karena takut disakiti atau merasakan pengalaman yang menyakitkan.
Kadang sulit baginya untuk percaya bahwa seseorang, dan dalam konteks yang lebih besar hidup itu sendiri, dapat menyayangi mereka dengan tulus dan memberikan dukungan serta rasa aman.
Ibaratnya, ia seperti menunggu hidup atau seseorang untuk mengecewakan atau menyakitinya, seperti yang ia alami saat bertumbuh dulu. Hal ini berdampak pada perilakunya yang kadang tidak dapat diprediksi dan terlihat kompleks.
Perilaku tersebut dapat terlihat dalam pola keuangannya. Karena tipe kelekatan ini merupakan gabungan dari Anxious dan Avoidant Attachment Style, beberapa sudut pandang maupun perilaku terhadap perilaku keuangannya merupakan gabungan dari dua tipe kelekatan ini.
Kadang membelanjakan uang secara impulsif untuk meredakan kecemasannya, kadang tidak ingin terlalu lekat dengan uang, namun kadang memiliki ketakutan apakah uang akan datang dalam kehidupannya atau tidak.
Berpindah dari impulsif ke cemas, dan menjadi menghindar membentuk pola yang tidak konsisten dalam kesehariannya. Sehingga tak heran seringkali seseorang dalam perilaku ini memiliki tingkat stress yang lebih tinggi terkait keuangan.
Seperti cerita salah satu klien yang datang kepada saya. Ia menyatakan pernah mengambil tes secara online terkait kelekatannya. Ditemukan dalam hasil tes tersebut bahwa ia mungkin memiliki tipe kelekatan disorganized.
Meski dalam sesi kita tidak membahas terkait kelekatannya, ia menceritakan masalah keuangannya yang begitu menumpuk. Seperti ayunan, ia mengayun dari kecemasan, menuju pembelian impulsif, dan menjadi tak acuh pada hal-hal yang berkaitan dengan uang terutama terkait pembayaran tagihan yang dirasa membebani.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan jika kita memiliki kemungkinan dalam memiliki kelekatan ini?
Konsultasikan kondisimu kepada tenaga ahli/profesional
Seperti saran dalam artikel sebelumnya, mengetahui apa tipe kelekatan kita tidak cukup hanya dari berasumsi. Diperlukan observasi dan pendalaman diri yang dilakukan secara objektif. Hubungilah tenaga ahli/profesional yang memahami hal ini, dan jelaskanlah kondisi yang sedang dialami. Setelah itu, milikilah tujuan akhir dari sesi ini. Apakah ingin mengetahui saja, mengubah kondisi keuangan kita, atau mengubah pola kelekatan kita agar lebih secure?
Sembuhkan pengalaman masa lalu yang traumatis maupun terkait dengan rasa aman dan kepercayaan
Hubungilah terapis/psikolog profesional yang dapat membantu kita untuk memproses luka batin di masa lalu, dan mampu membimbing kita untuk membangun rasa aman pada diri sendiri. Merasa aman berada di dalam tubuh kita, dan nyaman untuk sepenuhnya merasakan dan memproses apapun emosi yang hadir.
Hal ini dapat membangun kekuatan dari dalam diri kita, sehingga kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi hidup/orang dapat perlahan berkurang.
Perlahan, bangunlah kepercayaan pada hidup dan orang sekitar
Tak mudah, tapi perlahan mulailah membangun kepercayaan pada beberapa orang yang kita pilih. Dimana kita bisa mengekspresikan pikiran maupun perasaan kita, tanpa ada penghakiman dari pihak tertentu.
Jika hal tersebut sulit didapatkan, kita bisa memulai dari satu orang saja. Sedikit demi sedikit, disaat perasaan aman mulai tumbuh, kita bisa mulai memperluas jangkauan kepercayaan kita. Perlu diingat bahwa proses ini mungkin membutuhkan waktu, dan tidak perlu untuk dipaksa.
Membangun kepercayaan pada diri dan uang
Salah satu aspek penting yang perlu diproses adalah perlunya membangun rasa berharga dan kepercayaan pada diri yang mungkin terpendam karena berbagai peristiwa yang terjadi. Mulailah melihat apa saja kemampuan dan bakat saya? Apa yang bisa saya ciptakan dari semua ini? Membangun kekuatan dalam diri dapat menumbuhkan kekuatan untuk mengubah hal yang tidak kita inginkan.
Setelah itu, cobalah melihat uang sebagai “orang yang aman.” Kita bisa menggambar, jika uang adalah orang yang aman, seperti apa dia? Setelah jadi, cobalah berbicara dalam hati dengan hasil gambar tersebut. Tanyakah, jika saya ingin merasa aman dengan dirimu, apa yang perlu saya lakukan?
Perjalan untuk merasa aman dalam hubungan ~ baik dalam diri, dengan orang lain, maupun uang ~ mungkin bukan hal yang instan dan mudah. Perlu waktu dan kesabaran untuk menilik ke dalam diri, berproses, dan terbuka untuk menghadapi berbagai hal yang mungkin menyakitkan di masa lalu.
Namun percayalah, proses yang kita lakukan tak hanya akan mengubah diri, namun dapat memberikan dampak positif dalam hidup termasuk keuangan.