The Psychology of Money​

Kebutuhan Kita di Balik Uang

08 Nov 2023

thumbnail
Artikel ini ditulis oleh Aleima Sharuna, Mental Health Advocate & Pracitioner.

Pagi itu, klien saya hadir dengan wajah begitu muram. Dia bercerita kesulitannya untuk melunasi berbagai utangnya akibat kebiasaan dalam berjudi. Kami berdiskusi terkait pemicunya. Apa yang membuatnya berutang, dan apa yang membentuk kebiasaannya tersebut. 

Perlahan, klien saya bercerita. Menurut dia, hal tersebut muncul karena ia membutuhkan uang dengan cepat. Tadinya, dia memiliki sejumlah besaran uang yang ia pegang untuk dikelola. Namun, beberapa bisnis yang ia rintis dengan menggunakan uang tersebut belum berhasil. 

Sayangnya, tidak semua orang tahu kondisi yang dihadapi, termasuk pasangannya. Beberapa kali pasangannya mengajak dia untuk pergi beberapa kali ke luar negeri dan dia penuhi. 

Begitu juga dengan beberapa barang yang dibeli saat berpergian. Tak ada yang menyangka uang yang dia pegang untuk dikembangkan justru menjadi tipis hingga habis. Hingga tak ada jalan lain kecuali dengan berjudi, yang mana dia menganggap itulah cara tercepat untuk mengganti uang yang telah dipakai.

Sayangnya, seperti yang telah kita prediksi, lebih banyak uang keluar dibandingkan yang ia dapatkan. Dengan panik, ia pun meminjam uang secara online dan akhirnya mulailah jeratan utang menghantui hidupnya.

Saya bertanya, apa yang dirasakan saat pertama kali menggunakan uang tersebut untuk bisnisnya. Dia menyampaikan perasaannya yang menggebu untuk sukses agar keberhasilannya diakui oleh sang Bapak.

Saya pun menanyakan, apa yang ia rasakan setelah bisnisnya tidak berhasil. Ia menyampaikan ketakutannya untuk dilihat sebagai seseorang yang gagal oleh sang Bapak. 

Jadi, saya tanya, “Alasan mendasar kamu menjalankan bisnis itu apa?” Ia pun menjawab, “Itu jenis industri yang Bapak sukai dan saya merasa berharga jika bisa sukses di dalamnya. Sepanjang hidup saya mencari pengakuan dari Bapak, tapi bukannya pengakuan malah banyak kritik dan omelan yang saya dapat.”

Lagi-lagi saya bertanya, apa yang ia cari saat uang yang seharusnya dikelola, digunakan untuk bepergian ke luar negeri dengan pasangannya? Ia pun menjawab, “Supaya tidak malu, dan dia bisa menghargai saya sebagai pasangannya.” 

Dari beberapa sesi pertemuan, ia menyadari bahwa masalah besar yang ia miliki bukanlah relasinya dengan uang, melainkan kebutuhan dia akan cinta dan penghargaan. 

Uang adalah sebuah jembatan yang ia gunakan untuk mendapatkan kedua hal tersebut. Inilah hal yang kadang kala tak disadari oleh beberapa orang saat menyimpan maupun menggunakan uang. Yakni, motivasi akan pemenuhan kebutuhan mereka. Lalu, apa saja kebutuhan kita?

Kebutuhan kita tentang uang

Abraham Maslow, seorang psikolog terkemuka, mengembangkan Teori Hierarki Kebutuhan yang membagi kebutuhan manusia menjadi lima tingkatan yang disusun secara hierarkis.

Ia menggambarkan kebutuhan ini dalam bentuk piramida, seperti piramida makanan. Kebutuhan pertama adalah kebutuhan fisiologis seperti makanan, minuman, tempat tinggal, dan pakaian. 

Dilanjutkan oleh kebutuhan kedua, yakni kebutuhan akan rasa aman seperti keamanan fisik, mental emosional, maupun finansial. Tingkat ketiga adalah kebutuhan sosial (cinta & pertemanan), yakni kebutuhan kita untuk merasa diterima, berinteraksi secara otentik, dan membangun relasi. 

Naik pada tingkatan keempat adalah kebutuhan penghargaan, yang mana hal tersebut adalah situasi seseorang butuh untuk merasa berharga, berhasil, dan diapresiasi sekelilingnya. Terakhir, di tingkat kelima adalah kebutuhan aktualisasi diri dimana seseorang butuh bahagia dengan dirinya termasuk kemampuannya dalam mencapai versi terbaik dari dirinya. 

Jika salah satu atau beberapa kebutuhan ini tidak terpenuhi, dan tidak kita sadari, tak jarang seseorang mencoba untuk memenuhinya dengan cara menyimpan atau mengeluarkan uang lebih dari yang dibutuhkan. 

Uang, seperti yang telah kita bahas pada artikel sebelumnya, hanyalah sebuah alat tukar untuk mendapatkan hal yang kita inginkan. Namun, sadarkah kita apa yang sesungguhnya kita simpan/beli? Jika kita menggunakan uang untuk membeli tas atau sepatu, apa yang sesungguhnya kita beli di balik hal tersebut? Kebutuhan apa yang ingin kita penuhi?

Jadi, apa saja contoh penggunaan atau penyimpanan uang berdasarkan pemenuhan kebutuhan yang belum terpenuhi?

  1. Kebutuhan rasa aman: Seseorang yang memiliki pengalaman hidup dalam kekurangan sejak kecil mungkin menyimpan uang sebanyak mungkin dengan minim risiko agar ia bisa merasa lebih aman dalam hidup. Tak heran jika ia juga sangat berhemat dalam pengeluaran, agar tidak mengalami rasa kekurangan yang pernah ia rasakan dulu.
  2. Kebutuhan cinta & pertemanan: Tak jarang mereka yang membutuhkan cinta akan mengeluarkan uang lebih banyak agar ia dapat merasa diterima dan membangun relasi dengan beberapa orang yang ia pilih. Bisa dalam bentuk barang, bepergian, atau membantu sekitar demi mendapatkan rasa cinta dan menghindari rasa sepi sendiri.
  3. Kebutuhan penghargaan: Beberapa orang yang butuh untuk dihargai mengeluarkan uang lebih banyak tanpa berpikir panjang untuk membeli barang mahal yang dapat meningkatkan harga diri. Atau sebaliknya, seseorang mungkin akan bekerja begitu keras untuk mencapai titik kesuksesan finansial tertentu agar dihormati dan diakui oleh sekelilingnya.
  4. Kebutuhan aktualisasi diri: Terkadang seseorang mencari makna dan arti kehidupan dalam dirinya melalui beberapa kegiatan dan program. Kebutuhan eksistensial ini seringkali mendorongnya untuk mengeluarkan uang lebih banyak demi mendapatkan jawaban mengapa ia ada di dunia ini, dan apa potensi terdalam yang bisa ia temukan.

Beberapa contoh di atas tentu belum merangkum segala permasalahan yang ada. Namun, perlu kita sadari bahwa seringkali harapan kita untuk mendapatkan uang lebih sesungguhnya karena ada sesuatu di dalamnya. 

Sesungguhnya yang kita butuhkan

Seperti kerabat saya yang berdoa untuk memiliki uang agar dapat membeli rumahnya sendiri. Saat ditilik lebih dalam, yang ia butuhkan sesungguhnya adalah rasa aman dan penghargaan. Kedua hal tersebut tersembunyi dibalik rumah impiannya.

Apa yang bisa kita lakukan untuk mengetahui apa yang sesungguhnya kita butuhkan?

  1. Saat kita menginginkan suatu hal, tanya pada diri kita apa kebutuhan yang tersembunyi di balik hal tersebut. Andaikan kita ingin membeli tas, dan alasan kita membeli adalah “karena keren”, tanyakan kembali kepada diri kita apa kebutuhan di balik terlihat keren tersebut.
  2. Kembali tanyakan pada diri kita apakah kita dapat memenuhi kebutuhan tersebut tanpa harus mengeluarkan (atau menyimpan) uang sebanyak rencana awal. Jika ternyata terlihat keren adalah cara kita memenuhi kebutuhan akan dihargai, tanya pada diri kita; apa lagi yang bisa saya lakukan agar dapat merasa dihargai tanpa harus mengeluarkan uang sebanyak itu?
  3. Tulislah jawaban dari pertanyaan diatas sebanyak-banyaknya, dan buatlah rencana untuk mendapatkan hal tersebut tanpa harus memaksa diri untuk mengeluarkan atau menyimpan uang secara berlebihan.
  4. Jika mau, pergilah untuk berkonsultasi dengan profesional yang dapat membantu kita mengurai apa yang sedang kita hadapi satu per satu.

Pada akhirnya, uang adalah sebuah jembatan yang menghantarkan kita dari titik A ke titik B. Seringkali kita memusatkan perhatian pada jembatan yang berada di depan kita, namun tidak memiliki visi yang jelas terkait arah yang kita tuju. Mengenali apa kebutuhan kita yang ingin dipenuhi dapat membantu menavigasi keuangan kita. 

Berapa banyak dari kita yang ingin mencoba latihan di atas? Jadi, yuk, kita coba dan kenali diri kita lebih dalam mulai dari sekarang.