Asupan Warga

Model Bisnis: Jenis dan Panduan Memilih Strategi yang Tepat

26 Jun 2025

thumbnail

Di balik kesuksesan sebuah bisnis, selalu ada kerangka kerja yang jelas. Salah satunya adalah model bisnis atau sebuah sistem yang menjelaskan bagaimana usaha menghasilkan pendapatan, memberikan nilai bagi pelanggan, dan tetap berjalan secara berkelanjutan. 

Tanpa struktur ini, ide sehebat apa pun bisa sulit bertahan di pasar yang terus berubah. Model bisnis atau business model adalah strategi kerja yang mencakup proses menciptakan nilai, menyampaikannya ke pelanggan, dan memperoleh profit dari aktivitas tersebut menurut Investopedia

Aspeknya meliputi target pasar, cara produk atau jasa dipasarkan, hingga bagaimana mengelola biaya dan sumber daya.

Model bisnis tidak hanya tentang menjual barang, tetapi juga bagaimana mengatur aliran pendapatan, distribusi, kemitraan, dan struktur operasional yang menopang usaha. Seperti halnya rumah, tanpa kerangka yang kokoh, bisnis bisa roboh meski tampak menjanjikan dari luar.

Kenapa Memahami Model Bisnis Itu Penting?

Bayangkan kamu sedang membangun usaha makanan rumahan, tetapi tidak tahu kepada siapa kamu menjual, bagaimana cara menyalurkannya, atau dari mana keuntunganmu berasal. 

Tanpa struktur model bisnis yang jelas, kamu akan menghabiskan banyak energi tanpa hasil yang terarah.

Berikut manfaat utama memiliki model bisnis:

  • Membantu menyusun strategi pemasaran
  • Menentukan cara mendapatkan profit
  • Menghindari pemborosan operasional
  • Menyusun target jangka pendek dan jangka panjang
  • Lebih mudah mendapatkan investor karena memiliki peta bisnis yang jelas

8 Jenis Model Bisnis yang Paling Sering Digunakan

Berbagai sektor bisnis menggunakan model yang berbeda tergantung pada produk, pasar, dan sumber daya yang dimiliki. Berikut beberapa model bisnis yang umum:

1. Business to Consumer (B2C)

Model ini langsung menjual produk atau jasa ke konsumen akhir. Contoh: warung kopi, toko online, layanan streaming seperti Netflix.

2. Business to Business (B2B)

Bisnis menjual produk atau jasa ke bisnis lain. Contoh: jasa konsultan ke perusahaan, distributor bahan baku ke pabrik makanan.

3. Freemium

Layanan dasar diberikan secara gratis, tapi ada fitur tambahan berbayar. Banyak dipakai oleh aplikasi digital seperti Canva, Spotify, atau Notion.

4. Marketplace

Platform digital yang mempertemukan penjual dan pembeli. Pemilik platform tidak menyediakan produk, hanya jadi perantara. Contoh: Tokopedia, Airbnb.

5. Subscription

Pendapatan dihasilkan dari langganan berkala. Cocok untuk produk yang digunakan rutin, seperti software, gym, atau layanan antar makanan harian.

6. Franchise

Model ini memungkinkan orang lain membeli hak untuk menjalankan bisnis kamu. Mereka memakai nama, sistem, dan produk yang sudah terbukti. Contoh: Kebab Turki Baba Rafi, Alfamart.

7. Dropshipping

Menjual produk tanpa harus menyimpan stok. Penjual hanya memasarkan, sedangkan pengiriman ditangani oleh supplier. Minim risiko dan cocok untuk pemula.

8. Razor and Blade

Produk utama dijual murah, tapi pendapatan didapat dari pembelian pelengkap. Contoh: printer murah tapi tinta mahal, atau mesin kopi kapsul.

Model-model ini juga cocok untuk pelaku UMKM yang ingin memulai usaha modal kecil. Kamu bisa mempelajari cara memulai usaha dari nol secara realistis agar tidak hanya ikut-ikutan tren tapi punya struktur yang jelas.

Cara Memilih Model Bisnis yang Paling Cocok

Tidak ada satu model bisnis yang cocok untuk semua orang. Berikut beberapa pertanyaan penting untuk membantu kamu memilih:

1. Siapa Target Utamamu?

Tentukan profil pelangganmu, anak muda, ibu rumah tangga, pelaku usaha, atau perusahaan. Karakteristik ini akan memengaruhi pendekatan distribusi dan komunikasi.

2. Apa Masalah yang Kamu Selesaikan?

Bisnis harus jadi solusi. Kalau kamu menjual makanan sehat untuk pekerja kantor, bisa cocok dengan model subscription agar pelanggan mendapat layanan rutin.

3. Bagaimana Pelanggan Mengakses Produkmu?

Kalau pelanggan lebih banyak online, mungkin model marketplace atau dropship lebih cocok. Kalau produkmu berbasis fisik dan lokal, franchise atau toko langsung lebih ideal.

4. Berapa Modal yang Kamu Miliki?

Model seperti franchise atau produksi massal butuh modal besar. Tapi dropshipping, bisnis digital, atau jasa freelance bisa dimulai dengan modal kecil. Jika terbatas, kamu bisa memulai dengan pinjaman tanpa jaminan yang cepat dan aman.

5. Apa Sumber Pendapatan dan Beban Terbesarmu?

Apa yang menjadi sumber pendapatan dan pengeluaran terbesarmu? Informasi ini bisa kamu lengkapi dengan cara memperoleh modal usaha agar perencanaan bisnis lebih matang.

Kesalahan Umum dalam Merancang Model Bisnis

Beberapa kesalahan yang sering terjadi antara lain meniru strategi bisnis orang lain tanpa penyesuaian. 

Lalu, tidak memperhitungkan biaya tersembunyi seperti logistik, hanya mengandalkan satu sumber pendapatan, atau langsung membangun sistem yang kompleks sebelum validasi pasar dilakukan. 

Karena itu, penting untuk memahami strategi memulai usaha dengan tepat agar model bisnis yang dibangun lebih relevan dan efisien sejak awal.

Apapun model bisnis yang kamu pilih, langkah pertama yang krusial tetap soal modal. Daripada memilih jalur yang berisiko, kamu bisa menggunakan solusi aman seperti Saku Kredit dari Bank Saqu

Dengan proses digital tanpa jaminan, bunga yang transparan, dan pengawasan OJK, produk ini cocok untuk kamu yang ingin menjalankan atau mengembangkan usaha tanpa beban tambahan.

Kamu juga bisa memisahkan dana operasional lewat Saku Nabung untuk perencanaan keuangan yang lebih disiplin, atau memanfaatkan Saku Usaha sebagai dukungan modal kerja UMKM. Dengan memahami dan mengevaluasi model bisnis secara rutin, kamu akan lebih siap menghadapi tantangan pasar dan mengeksekusi ide usaha secara konsisten.