The Psychology of Money​

Makna di Balik Money EQ

29 Nov 2023

thumbnail
Artikel ini ditulis oleh Aleima Sharuna, Mental Health Advocate & Pracitioner.

Belakangan ini banyak artikel maupun topik seminar yang membicarakan pentingnya EQ alias Emotional Quotient. EQ adalah kemampuan seseorang dalam memahami, berinteraksi, dan mengelola emosi, baik emosi sendiri maupun emosi orang lain. 

Menurut buku Emotional Intelligence: Why it Matter more than IQ karya Daniel Goleman, EQ memiliki peranan penting dalam kesuksesan maupun kesejahteraan hidup seseorang. Contohnya, bagaimana kesuksesan seseorang di tempat kerja justru lebih banyak dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, bekerja dalam tim, memimpin, maupun mengelola stress dalam pekerjaan. Hal ini tentu juga terkait dengan hubungan kita dengan uang. 

Lalu, bagaimana EQ seseorang berhubungan dengan uang?

Menurut Ken Honda, penulis Happy Money, Money EQ adalah seberapa penuh dan bahagia hubungan kita dengan uang. Semakin tinggi rasa bahagia terkait hubungan kita dengan uang, semakin tinggi Money EQ kita. 

Ken Honda melihat banyak orang memiliki IQ yang tinggi terkait uang seperti kepandaian mereka dalam berinvestasi atau mengatur keuangan, namun belum tentu memiliki Money EQ yang tinggi pula. Money EQ berperan untuk menerima, memakai, dan menabung uang sesuai kadarnya. Maka, tidak jarang ia melihat beberapa CEO (petinggi perusahaan) yang memiliki penghasilan banyak, namun tetap hampir habis terpakai setiap bulannya. 

Mengetahui tingkat Money EQ membantu kita untuk sadar di mana posisi saat ini dan bagaimana meregulasi emosi terkait uang agar dapat membentuk keputusan yang lebih bijak.

Untuk mengetahui posisi kita saat ini, berikut beberapa tipe orang berdasarkan Money EQ berdasarkan buku Happy Money oleh Ken Honda:

Penabung Kompulsif

Tipe ini sangat senang menyimpan uang. Ia akan merasa penuh dan berhasil jika melihat tabungannya kian naik dan berkembang dengan stabil. Hal yang ia cari adalah rasa aman, melalui finansial yang stabil. Dampak dari kebutuhan ini tentunya gaya hidup yang irit, yang mana pengeluaran untuk kesenangan sangat ditekan atau tidak diperlukan sama sekali. 

Seringkali mereka yang memiliki tipe ini tumbuh di lingkungan atau keluarga yang tidak memiliki cukup uang, dan merasakan beberapa pengalaman pahit terkait hal tersebut. Menyimpan banyak uang diharapkan dapat “menyembuhkan” apa yang mereka lalui saat tumbuh. Sehingga tidak jarang ia menabung begitu banyak sampai tidak pernah benar-benar menikmatinya.

Si Boros

Berkebalikan dengan tipe sebelumnya, tipe ini senang sekali membelanjakan uangnya untuk berbagai hal. Ia senang menghibur dirinya dengan membeli barang, maupun memanjakan sekelilingnya dengan membelikan mereka hadiah atau beberapa hal yang mereka butuhkan. 

Seringkali motivasi di balik pembeliannya adalah kebutuhannya untuk dilihat dan dihargai. Banyak dari mereka yang sesungguhnya memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga membutuhkan barang (atau proses membeli barang) untuk membebaskannya dari rasa tersebut.

Penghasil Uang Kompulsif

Tipe ini senang sekali mendapatkan uang, dan rela menghabiskan waktu maupun energi yang ia miliki untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan uang. Seringkali ia memilih untuk bekerja atau pun berdiskusi terkait bisnis dibandingkan menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman. Kebutuhannya adalah pengakuan akan kesuksesan yang ia miliki terkait pencapaian finansialnya.

Acuh tak Acuh terhadap Uang

Berbeda dengan beberapa tipe di atas, tipe ini bersikap acuh tak acuh terhadap uang. Ia melihat uang bukan sebagai hal yang penting dan layak untuk menjadi sumber perhatian. Ia menjalani hidup tanpa terlalu terikat oleh uang, meski tentu ia menggunakan uang untuk keperluan sehari-hari. 

Tipe ini biasanya hidup berkecukupan sejak tumbuh sehingga tidak pernah merasa takut atau cemas dengan uang. Biasanya juga ia memiliki pasangan yang mengatur keuangannya sehingga ia tidak pernah pusing memikirkan kondisi keuangannya.

Si Hippie

Tipe ini merasa uang adalah hal yang buruk. Ia cenderung melihat uang sebagai sumber masalah di dunia ini. Ia berusaha sebaik mungkin untuk tidak berinteraksi ataupun terdampak oleh uang.

Penabung-Pembelanja

Mereka yang berada di tipe ini seringkali menabung cukup lama, namun seperti balon pecah, mereka menggunakan uang yang mereka tabung secara impulsif. Di awal mereka mencoba untuk mengontrol kehidupan finansial mereka, namun saat tidak bisa mengontrolnya lagi, mereka cenderung ‘meledak’ dan membelanjakan uang mereka untuk sesuatu yang sesungguhnya tidak terlalu dibutuhkan. Hal ini mampu membentuk rasa bersalah pada seseorang.

Si Pencemas

Tipe ini selalu khawatir terkait uang. Berapapun uang yang dimiliki, ia akan selalu khawatir tentang uang. Hal ini karena ia sesungguhnya khawatir terhadap hidup itu sendiri. Ia tidak yakin akan kemampuan dan potensinya sehingga merasa hal buruk selalu dapat terjadi dan ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Jika melihat beberapa tipe di atas, tentu tidak terpisah dengan beberapa artikel yang lalu terkait kebutuhan dan luka batin tentang uang. Jika kita perhatikan, beberapa tipe di atas terbentuk karena apa yang ia alami saat bertumbuh dan kebutuhan yang ia cari dari menyimpan atau membelanjakan uang tersebut. 

Sebagai contoh, mereka yang senang belanja tak jarang tumbuh dengan orang tua yang irit. Sehingga perilaku berbelanja mereka merupakan "protes" terhadap kehidupan yang mereka alami sepanjang bertumbuh. Atau tipe Hippie yang melihat uang sebagai hal buruk, karena mungkin sering mendengar label buruk maupun merasakan peristiwa pahit terkait uang. 

Lalu, jika kita sudah tau tipe kita, apa langkah selanjutnya?

  1. Seperti pada artikel sebelumnya, kenali apa kebutuhan kita di balik uang tersebut dan cobalah untuk menyembuhkan luka batin di balik uang, baik ke profesional atau mempelajari beberapa modalitas self healing.
  2. Mulailah melihat uang dengan sudut pandang yang baru. Jika kita sadar bahwa kita adalah tipe Hippie, kembangkankanlah positive mindset terhadap uang. Seperti bagaimana uang juga dapat membantu seseorang untuk melakukan hal yang mulia, seperti membantu para imigran, memeratakan pendidikan, memberikan pangan, dan sebagainya. Jika kita adalah tipe boros, kembangkanlah rasa penghargaan terhadap diri sendiri di luar pemakaian uang.
  3. Aturlah keuangan perlahan sesuai dengan kondisi tipe kita saat ini. Jika saat ini kita adalah tipe Hippie, tak heran jika kita tidak mau menyimpan atau memakai uang karena rasa bersalah. 

Seringkali impuls yang keluar adalah membelanjakan uang tersebut sebanyaknya, kadang tanpa tujuan yang jelas. Kita dapat “menipu” pikiran kita dengan membelanjakan hal tersebut dalam bentuk investasi seperti emas. Sehingga uang tersebut tidak hilang dibelanjakan tanpa tujuan yang jelas, namun dapat dimatrealisasikan dalam bentuk lain yang tidak menimbulkan rasa bersalah.

Dengan perlahan mulai mengenali EQ terhadap uang, kita dapat merajut ulang realitas keuangan yang kita mau. Lebih mudah pula untuk menelaah apa perilaku yang masih berkontribusi pada kehidupan kita, dan apa yang perlu dilepaskan. 

Anggaplah kondisi keuangan adalah pintu masuk untuk mulai memahami apa yang terjadi dalam diri dan apa yang belum terselesaikan pada masa lalu. Semua itu bukan untuk menyalahkan siapa pun, namun bertujuan untuk mengetahui apa yang dapat kita perbaiki dan bangun kembali.

Ini semua agar kita dapat memiliki kehidupan yang tak hanya berkontribusi untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.