The Psychology of Money​

Uang dan Kelekatan Emosional

11 Des 2023

thumbnail
Artikel ini ditulis oleh Aleima Sharuna, Mental Health Advocate & Pracitioner

Tahukah kamu bahwa perilaku kita dengan uang bisa jadi dipengaruhi oleh pengalaman kita di dua tahun pertama kehidupan? Dan tahukah bahwa cara kita berhubungan dengan uang bisa sangat dipengaruhi oleh pengalaman emosional kita dalam hubungan dengan sesama? 

Dalam jurnal Money Attitude and Behaviour From an Attachment Perspective, penulis Teresa Da Vigo mengatakan adanya hubungan antara cara individu merespons uang dan cara individu merespons orang (objek) lain. 

Poin akhir dipengaruhi oleh kedekatan dan hubungan seseorang dengan pengasuh utamanya di awal masa kehidupannya. Hal ini dikenal dengan teori kelekatan yang digagas oleh John Bowlby. Apa sih itu?

Teori Kelekatan atau Attachment Theory adalah konsep psikologis yang menjelaskan bagaimana individu membentuk ikatan emosional, baik dengan orang tua, pasangan romantis, atau individu penting lainnya dalam hidup mereka. 

Perkembangan teori ini dimulai pada 1958 oleh psikolog ternama, John Bowlby, seorang ahli psikologi asal Inggris yang mengamati dampak emosional dan perilaku anak-anak yang kehilangan figur pengasuh utama mereka. 

Bowlby menyadari bahwa kehilangan ini seringkali mengakibatkan ketidakstabilan emosional pada anak. Melalui observasi ini, ia menciptakan teori attachment yang menekankan pentingnya hubungan emosional sehat antara anak dan pengasuhnya. 

Mary Ainsworth kemudian melanjutkan riset Bowlby dan mengidentifikasi tiga pola attachment utama: aman (secure), cemas (anxious), dan menghindar (avoidant). Beberapa tahun kemudian peneliti Main dan Solomon menambahkan pola keempat, yakni ter-disorganisasi (disorganised). 

Teori ini membentuk pemahaman lebih dalam tentang hubungan emosional manusia dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apa kaitannya dengan uang?

Meski bukan faktor satu-satunya, namun attachment style seseorang dapat mempengaruhi pilihannya dalam menggunakan uang. Menurut Dr. Kim Chronister, seorang Doktor dalam bidang psikologi, riset terkini terkait attachment style memperlihatkan bahwa kelekatan yang terbentuk di dua tahun pertama kehidupan dapat memberikan dampak yang signifikan terkait perilaku keuangan. 

Seseorang dengan kelekatan yang tidak aman (insecure) cenderung melakukan pengeluaran yang lebih ceroboh. Sedangkan mereka yang memiliki pola kelekatan yang aman, lebih mampu meregulasi emosi dan memberikan keputusan yang lebih bijak terkait keuangannya.

Maka itu, yuk kenali pola kelekatan seseorang dan kecenderungannya dalam berinteraksi dengan uang.

Berikut beberapa pola kelekatan (attachment) dan kaitannya dengan uang:

Secure Attachment (pola kelekatan aman)

Seseorang dengan kelekatan ini memiliki hubungan yang sehat antara dirinya saat kecil dengan pengasuh mereka. Pengasuh utama biasanya merespons dengan baik kebutuhan mereka baik dari segi fisik maupun emosional, sehingga tumbuh kepercayaan bahwa pengasuh utama akan memenuhi kebutuhan mereka saat membutuhkan. 

Pengasuh utama cenderung mendengarkan dan memberikan timbal balik yang positif terhadap anak, sehingga sang anak merasa bebas untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka dan tidak cemas berpisah dengan pengasuh karena yakin pengasuh akan selalu hadir kembali. 

Inilah yang membuat mereka memiliki kepribadian yang lebih percaya diri, memiliki kepercayaan dan kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang baik, serta memiliki emosi yang lebih stabil dalam menghadapi stress maupun tantangan hidup. 

Hal ini terkait erat dengan perilaku keuangan mereka, karena uang tidak diposisikan sebagai ‘obat penenang’ yang digunakan untuk berbelanja atau berpesta saat stress maupun menghadapi tantangan. 

Mereka juga memiliki batasan yang sehat dengan uang dan merasa lebih aman dengan dirinya, sehingga mampu membuat keputusan dengan lebih tenang dan tidak ‘terbebani’ dengan rasa takut maupun keinginan untuk mengesankan orang.

Insecure Attachment (pola kelekatan tidak aman) yakni Anxious, Avoidant maupun Disorganised

Seseorang dengan kelekatan ini memiliki hubungan yang kurang sehat atau tidak aman antara dirinya saat kecil dengan pengasuh mereka. Pengasuh utama kurang memberikan konsistensi maupun kedekatan emosional maupun fisik pada sang anak, sehingga muncul rasa tidak percaya akan kemampuan pengasuh untuk memberikan rasa aman dan nyaman kala dibutuhkan. 

Hal ini mempengaruhi bagaimana mereka memandang diri dan hidupnya, yakni rasa tidak percaya bahwa kemampuan diri maupun hidup akan menjaganya. Mereka cenderung lebih rentan saat menghadapi stress maupun tantangan kehidupan. Berikut sedikit penjelasan masing-masing pola kelekatan yang tidak aman.

Anxious attachment

Pola ini terbentuk karena anak merasa pengasuh utama tidak merespon kebutuhan anak secara konsisten baik fisik maupun emosional. Sehingga terbentuk kecemasan pada anak, dimana saat dewasa ia terus mencari keamanan dalam hubungan. Seringkali mereka takut kehilangan seseorang dan sulit membentuk kepercayaan bahwa mereka layak dimiliki dan dicintai. 

Hal ini mempengaruhi perilaku keuangan mereka, yakni membeli sesuatu atau impulsif melakukan investasi untuk mengurangi rasa cemas atau emosi yang tidak nyaman. Mereka juga cenderung memiliki kecemasan terkait uang, baik dalam mendapatkannya maupun untuk mempertahankannya.

Avoidant attachment

Pola ini terbentuk karena anak merasa kebutuhan ataupun ekspresi emosional mereka ditolak oleh pengasuh. Anak merasa diabaikan atau dihindari, sehingga ia belajar untuk menekan atau menghindar kebutuhan emosional mereka. 

Saat dewasa ia cenderung menyimpan perasaannya, jarang mengekspresikan emosinya, dan memperlihatkan kemampuannya untuk berdiri sendiri tanpa bantuan apapun dari orang lain. 

Hal ini dapat mempengaruhi perilaku mereka terhadap uang. Contoh, kemungkinan untuk mengabaikan perencanaan keuangan, menghindari topik keuangan, maupun membeli hal yang tidak dibutuhkan sebagai pengalihan atas emosi tidak nyaman yang dirasakan.

Disorganized attachment

Pola ini seringkali terbentuk dari pengalaman masa kecil yang tidak stabil, termasuk pengalaman traumatis yang dialami anak oleh pengasuhnya. Dalam pola ini, anak seringkali mencari keamanan maupun rasa konsisten dari pengasuh namun merasa takut atau cemas dari pengasuh tersebut. 

Hal ini membentuk kebingungan yang cukup tinggi pada anak, sehingga saat dewasa lebih sulit membangun hubungan yang stabil, aman, dan konsisten dengan pihak lain (pasangan, pekerjaan, ataupun uang). Kesulitan untuk menjadi konsisten merupakan salah satu tantangan dalam menciptakan pemasukan, pengeluaran, maupun penyimpanan yang stabil dengan uang.

Penjelasan lebih detail terkait masing-masing pola kelekatan tidak aman dan kaitannya akan dibahas pada beberapa artikel selanjutnya. Namun, dari sini kita dapat melihat bahwa kesulitan kita untuk menabung mungkin lebih dari sekedar membelah amplop ataupun membagi rekening. Ada hal penting yang perlu kita lihat juga, yaitu bagaimana kita melihat hubungan dan kehidupan? 

Seperti pada dua artikel sebelumnya, jeda-lah sebelum membeli sesuatu dan sadari apa kebutuhan yang sebenarnya kita cari dari pembelian itu. Apakah untuk mengurangi kecemasan kita, menenangkan diri, menonjolkan diri, atau karena pertimbangan yang telah kita rasakan matang-matang. Ingatlah, bahwa dibalik uang ada energi dan emosi yang kita pegang. 

Pertanyaannya, tahukah kita apa yang selama ini kita pegang?