Terkadang setelah menikah kamu akan sadar bahwa membangun rumah tangga tidak cukup hanya bermodal cinta. Kamu butuh kesiapan finansial yang matang, terlebih kalau kamu adalah generasi sandwich.
Mungkin tidak kamu sadari, tapi kondisi ini menciptakan konsekuensi tertentu yang jika tidak diatasi dengan bijak akan menciptakan konflik rumah tangga. Yuk, dapatkan insight menarik seputar generasi sandwich di artikel ini!
Generasi Sandwich adalah…
Istilah generasi sandwich pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, profesor dari University of Kentucky, pada1981. Istilah ini ia gunakan untuk menggambarkan individu yang terhimpit tanggung jawab untuk menafkahi orang tua, anak-anak dan keluarga, serta dirinya sendiri.
Meski sudah puluhan tahun berlalu, nyatanya fenomena ini masih langgeng hingga hari ini.
Penyebab Munculnya Generasi Sandwich
Kalau ditarik ke belakang, ada beberapa hal yang menyebabkan terbentuknya generasi sandwich. Mari kita bahas satu per satu!
1. Kesulitan Finansial
Banyak keluarga memang tidak ditakdirkan beruntung dalam urusan ekonomi. Jangankan untuk menabung, mereka bahkan harus bertahan dari hari ke hari menggunakan uang yang mereka miliki hari itu.
2. Minimnya Literasi Keuangan
Generasi sandwich mungkin muncul karena kondisi ekonomi yang kurang baik. Namun, ini diperparah dengan minimnya literasi keuangan di masa itu. Akibatnya, orang tua zaman dulu tidak tahu bagaimana caranya merencanakan keuangan apalagi mempersiapkan dana pensiun. Akibatnya, mereka bergantung secara finansial kepada anak-anaknya saat melewati usia produktif.
3. Gaya Hidup Konsumtif
Hal lain yang bisa menyebabkan lahirnya generasi sandwich adalah gaya hidup konsumtif. Dulu, selagi masih bekerja dan memiliki penghasilan bulanan, orang tua mungkin bisa membeli apa yang mereka mau.
Tanpa memikirkan jangka panjang, kebiasaan ini membuat mereka sulit menabung dan akhirnya berdampak besar pada kehidupan masa depannya.
4. Pola Pikir yang Salah
Berpikir bahwa anak adalah “investasi masa depan” adalah alasan lain kenapa generasi sandwich bisa ada. Sampai hari ini, masih ada orang tua yang berpikir bahwa anak harus membayar utang budi karena orang tuanya telah susah payah membesarkan dan memberikan pendidikan terbaik.
5. Efek Domino dari Generasi Sebelumnya
Generasi sandwich bisa diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Maka dari itu, kamu perlu tahu bagaimana caranya memutus rantai ini agar anakmu terbebas dari efek domino generasi sandwich.
Konsekuensi Menikah dengan Generasi Sandwich
Menikah dengan generasi sandwich memiliki konsekuensi yang harus dipertimbangkan matang-matang. Bukan untuk menakuti, tapi supaya kamu lebih siap secara fisik, mental, emosional, dan finansial.
1. Tidak Bisa Mengandalkan Single Income
Hadapi kenyataan bahwa kamu tidak bisa mengandalkan single income mengingat ada kebutuhan orang tua dan anak-anak yang harus ditanggung. Bukan jumlah yang sedikit, maka ada baiknya kalau kamu mulai berpikir untuk menambah sumber penghasilan. Baik dengan berbisnis atau melakoni pekerjaan sampingan.
2. Banyak Berdamai dengan Keadaan
Menikah dengan generasi sandwich tidak selalu buruk. Memang ada kalanya kamu harus berdamai dengan keadaan dan menikmati keterbatasan. Namun, ini akan menjadikanmu sebagai orang yang resilien dan lebih mindful saat mengeluarkan uang.
Dengan kata lain, kamu bisa memanfaatkan ini untuk membangun money habit yang lebih sehat.
3. Bersiap Menghadapi Dinamika Hubungan
Waktu yang terbatas karena pasangan harus merawat dan memenuhi tanggung jawabnya sebagai anak, mungkin membuatmu sedikit cemburu. Belum lagi kalau kamu sudah memiliki anak.
Ini bisa menciptakan dinamika dalam kehidupan rumah tangga yang jika tidak disikapi dengan bijak bisa menyebabkan konflik. Oleh karena itu, kalian perlu menentukan batasan dan prioritas yang tidak saling bertentangan untuk melindungi rumah tanggamu.
Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
Berikut ini beberapa tips yang bisa diterapkan agar sebagai pasangan yang baru menikah kalian bisa menghentikan efek domino dari generasi sandwich.
1. Saling Terbuka tentang Kondisi Keuangan
Baik suami maupun istri harus saling terbuka dengan kondisi keuangan satu sama lain. Misalnya suami masih harus melunasi cicilan rumah dan membiayai orang tua, sementara istri harus menanggung biaya kuliah adiknya. Dengan begitu, kalian bisa membuat perencanaan keuangan yang lebih baik.
2. Menyelaraskan Tujuan Keuangan
Selanjutnya, untuk memutus rantai generasi sandwich, kamu dan pasangan harus memiliki tujuan keuangan yang sama. Termasuk soal keputusan memiliki anak.
Dengan memiliki wawasan keuangan yang baik, kamu bisa mendidik anak agar lebih bijak mengelola uang. Dengan begitu, mereka akan tumbuh sebagai individu yang mandiri secara finansial dan tidak melahirkan generasi sandwich berikutnya.
3. Audit Cash Flow Secara Berkala
Kemudian, untuk menjaga arus kas tetap positif dan sesuai dengan tujuan keuangan, ada baiknya kalau kamu dan pasangan rutin mengevaluasi keuangan. Apakah alokasinya sudah sesuai dengan prioritas yang telah disepakati sebelumnya.
4. Mulai Persiapkan Dana Darurat dan Tabungan pensiun
Selanjutnya, mulai sisihkan sebagian pemasukan untuk dana darurat dan tabungan pensiun. Pakar keuangan selalu menyarankan untuk mengalokasikan 50 persen pendapatan untuk kebutuhan, 30 persen untuk keinginan, dan 20 persen untuk tabungan, investasi, dan dana darurat.
Namun, ini bukan aturan yang baku. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kondisi keuangan keluarga. Tak menutup kemungkinan, kamu bisa menyisihkan lebih banyak untuk ditabung daripada untuk membiayai keinginan mengingat kalian memiliki tujuan finansial yang jelas.
Nah, untuk urusan menabung, percayakan pada Bank Saqu. Hanya dengan satu akun, kamu bisa membuat hingga 20 Saku untuk mengakomodasi keperluan yang berbeda.
Tak cuma itu, kamu bisa menikmati suku bunga yang kompetitif. Buruan download aplikasinya melalui Google Play atau App Store di sini.
5. Miliki Proteksi Kesehatan
Untuk mengantisipasi masalah kesehatan, penting untuk memiliki proteksi kesehatan untuk diri sendiri, pasangan, anak, dan orang tua. Mengingat biaya berobat bisa jadi sangat besar dan menguras tabungan kalau kamu tidak memiliki asuransi kesehatan.
6. Siapkan Dana Pendidikan Anak
Cara lain untuk membantumu keluar dari jeratan generasi sandwich adalah menyiapkan dana pendidikan anak. Jadi, sekali pun kamu sudah pensiun tapi anak-anak masih sekolah, kamu tidak akan kelabakan mencari biaya untuk menyekolahkan mereka dengan layak.
7. Mulai Berinvestasi
Cara terakhir adalah mulai berinvestasi. Ada banyak instrumen investasi yang tersedia, pertimbangkan masing-masing risikonya dan pilih yang terbaik menurutmu. Kalau kamu kesulitan memutuskan, konsultasikan keputusan ini dengan pakar keuangan atau certified financial planner.
Itulah informasi seputar generasi sandwich. Menjadi generasi sandwich bukan berarti kita tidak ingin berbakti pada orang tua atau enggan memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anak kita.
Namun, penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa setiap anak berhak mandiri dan merdeka secara finansial sehingga mereka bisa mewujudkan tujuan finansialnya tanpa harus terbebani “bakti dan utang budi” pada orang tuanya.