Saku 101

Kenali Manfaat Cicilan Digital dan Strategi Bijak Menggunakannya

10 Sep 2025

thumbnail

Bayangkan kamu sedang bekerja dari rumah, laptop andalan tiba-tiba mati total. Pekerjaan menumpuk, deadline hanya tinggal dua hari lagi, sementara dana darurat belum terkumpul dan gaji masih dua minggu lagi cair. Dalam situasi darurat ini, cicilan digital seolah hadir sebagai penyelamat. 

Barang bisa langsung didapat, pembayaran bisa dicicil tanpa kartu kredit dan tanpa ribet. Namun, justru karena terlalu praktis, banyak orang yang akhirnya terjebak dalam kenyamanan semu dan tidak sadar bahwa pengelolaan cicilan juga butuh strategi keuangan pribadi.

Secara sederhana, cicilan digital adalah sistem pembayaran yang memungkinkan pengguna membeli barang atau jasa sekarang lalu membayarnya secara bertahap. Layanan ini hadir di e-commerce, dompet digital, hingga perbankan. Bahkan menurut Tech in Asia, tren paylater dan cicilan digital di Indonesia diprediksi menembus USD 2 miliar dalam waktu dekat.

Manfaat dan Risiko Cicilan Digital

Selain praktis, cicilan digital juga memiliki manfaat lain serta risiko yang juga perlu kamu pahami terlebih dahulu:

1. Penolong di Saat Mendesak

Tak sedikit orang yang memanfaatkan cicilan digital untuk kebutuhan produktif, misalnya membeli laptop kerja, mengikuti kursus online, atau melengkapi peralatan usaha kecil. Dalam kasus seperti ini, cicilan digital terasa membantu karena bisa menjaga produktivitas tanpa menunggu dana cair lebih dulu.

2. Risiko Terjebak Konsumsi Impulsif

Sayangnya, kenyataan di lapangan berbeda. Lebih banyak orang menggunakannya untuk kebutuhan konsumtif, seperti belanja fashion, mengganti gadget, atau sekadar mengikuti tren promo cicilan ringan. 

Kalimat seperti “hanya 200 ribu per bulan” tampak sepele, tetapi jika ada tiga sampai empat cicilan aktif, totalnya bisa menggerus lebih dari 30% gaji bulanan. Akibatnya, manajemen pengeluaran terganggu dan cash flow jadi ketat. 

Untuk menghindari kondisi ini, kamu bisa mulai dengan mempraktikkan cara mengatur cash flow bulanan agar alokasi keuangan tetap sehat.

3. Denda dan Skor Kredit

Masalah lain muncul saat jatuh tempo. Terlambat sehari saja bisa terkena denda. Bahkan, beberapa platform melaporkan keterlambatan ke sistem informasi debitur, yang berimbas pada skor kredit pribadi. World Economic Forum menilai salah satu risiko utama cicilan digital adalah ilusi kenyamanan yang sering berujung pada penumpukan utang konsumtif.

Cara Bijak Menggunakan Cicilan Digital

Supaya terhindar dari risikonya, kamu bisa mencoba cara bijak menggunakannya berikut ini:

1. Bedakan Kebutuhan dan Keinginan

Jika laptop kerja rusak dan perlu diganti agar proyek selesai tepat waktu, itu kebutuhan. Sebaliknya, mengganti ponsel hanya karena model baru keluar lebih tepat disebut keinginan. Disiplin membedakan dua hal ini menjadi kunci agar cicilan digital tidak membebani keuangan pribadi.

2. Catat Semua Cicilan Aktif

Bagi yang belum terbiasa mengelola keuangan, mulailah dengan mencatat seluruh cicilan yang berjalan. Pastikan total cicilan tidak melebihi batas kemampuan. 

Gunakan aplikasi pengingat atau kalender digital untuk menandai tanggal jatuh tempo, sehingga tidak ada alasan lupa bayar. Jika bingung, kamu bisa memulai dari dasar dengan memahami panduan rencana keuangan pribadi.

3. Evaluasi Pola Konsumsi

Lihat kembali kebiasaan belanja selama beberapa bulan terakhir. Apakah sering checkout karena tergiur diskon? Apakah pernah menyesal setelah membeli barang yang ternyata tidak dibutuhkan? 

Pertanyaan sederhana ini bisa membantu memahami pola konsumsi dan mencegah keputusan impulsif. Kamu juga bisa mengecek apakah cicilan yang kamu ambil masuk kategori utang produktif atau konsumtif.

4. Terapkan Budget Rumah Tangga

Jika cicilan sudah berjalan, gunakan panduan budget rumah tangga agar proporsi kebutuhan pokok, tabungan, dan cicilan tetap seimbang. Jangan sampai terlalu banyak komitmen bulanan sehingga kehilangan fleksibilitas ketika ada pengeluaran tak terduga.

Cicilan Digital sebagai Strategi Keuangan

Cicilan digital sebenarnya bisa masuk dalam strategi keuangan jangka panjang jika digunakan secara cerdas. Misalnya, untuk membayar pelatihan kerja, menyiapkan modal bisnis kecil, atau bahkan digabungkan dengan program KPR subsidi sebagai persiapan membeli rumah pertama.

Namun, banyak orang justru terjebak pada kebiasaan menggulir utang, yaitu mengambil cicilan baru sebelum cicilan lama selesai. Ada pula yang menggunakan cicilan untuk pengeluaran rutin seperti belanja bulanan, skincare, hingga langganan digital. Padahal, kebutuhan bulanan idealnya dibayar tunai dari penghasilan tetap, bukan dengan utang konsumtif. 

Jika dibiarkan, kebiasaan ini perlahan bisa merusak keseimbangan keuangan pribadi. Untuk menghindarinya, kamu bisa membaca tips mengelola utang agar tidak salah langkah.

Gunakan Cicilan Digital dengan Disiplin

Di tengah derasnya tren konsumerisme, cicilan digital bisa menjadi alat bantu yang mendukung ketahanan finansial, selama digunakan dengan disiplin. Bukan untuk menumpuk barang-barang yang tidak perlu, melainkan sebagai jembatan dana dalam kondisi benar-benar mendesak.

Bank Saqu sendiri menekankan bahwa cicilan digital sebaiknya dipandang sebagai bagian dari strategi finansial yang matang, bukan sekadar cara menunda pembayaran. Misalnya, bisa digunakan untuk mendukung pendidikan, perlengkapan kerja, atau kebutuhan darurat yang tidak bisa ditunda. 

Selain itu, penting untuk membangun kebiasaan keuangan yang lebih sehat. Mulailah dengan menyiapkan dana darurat agar cicilan digital benar-benar jadi opsi strategis, bukan solusi panik. Ketika cicilan ditempatkan dalam rencana, bukan dalam kepanikan, manfaatnya akan jauh lebih optimal.

Untuk kamu yang ingin pondasi keuangan lebih kuat, layanan seperti Saku Kredit dari Bank Saqu bisa jadi pilihan tepat. Fitur ini membantu mengelola cicilan tanpa syarat rumit, sekaligus tetap memberi ruang bagi pengendalian diri dan perencanaan keuangan pribadi.