Asupan Warga

Lipstick Effect: Fenomena Tetap Belanja Meski Keuangan Lagi Seret

06 Nov 2025

thumbnail

Pernah nggak kamu merasa tetap ingin beli sesuatu yang “kecil tapi menyenangkan” seperti sepatu baru, kopi mahal, atau camilan favorit, padahal kondisi keuangan sedang seret? Nah, kalau iya, kamu sedang mengalami yang namanya lipstick effect.

Fenomena ini menarik banget karena menunjukkan sisi psikologis manusia saat menghadapi tekanan ekonomi. Alih-alih menahan diri sepenuhnya, orang justru mencari pelarian lewat pembelian kecil yang bisa meningkatkan mood. 

Akan tetapi, di sisi lain perilaku ini juga bisa berdampak buruk pada kesehatan finansial pribadi kalau nggak dikendalikan dengan baik.

JIka penasaran dengan hal yang satu ini, ketahui dulu soal apa itu lipstick effect, kenapa bisa terjadi, dan bagaimana dampaknya terhadap keuangan kamu di bawah ini.

Apa Itu Lipstick Effect?

Melansir Investopedia, lipstick effect terjadi ketika seseorang masih menghabiskan uang untuk kesenangan kecil selama resesi, kemerosotan ekonomi, atau bahkan ketika mereka sendiri kekurangan uang.

Mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang-barang yang terlalu mewah. Namun, banyak yang masih memiliki uang untuk membeli barang-barang yang cukup mahal, seperti lipstik premium, parfum terkenal, atau makanan yang enak.

Istilah ini pertama kali populer pada awal tahun 2000-an setelah pengamatan oleh Leonard Lauder, CEO dari Estée Lauder Companies. Saat krisis ekonomi melanda Amerika Serikat di tahun 2001, penjualan produk kosmetik (terutama lipstik) justru meningkat. Padahal, daya beli masyarakat secara umum menurun.

Lauder kemudian menyebut fenomena ini sebagai “Lipstick Index”, yaitu indikator yang menunjukkan bahwa saat ekonomi menurun, orang cenderung mencari kepuasan dari pembelian kecil yang terjangkau atau sesuatu yang bisa membuat mereka merasa “tetap mampu” dan bahagia, walau sedang sulit.

Menariknya, fenomena ini nggak cuma terjadi pada kosmetik. Dalam konteks modern, lipstick effect bisa meliputi banyak hal seperti beli kopi kekinian, skincare, camilan mahal, hingga langganan streaming. Intinya, pembelian kecil yang memberikan rasa “reward” di tengah tekanan hidup.

Mengapa Lipstick Effect Bisa Terjadi?

Secara psikologis, lipstick effect terjadi karena manusia punya kebutuhan untuk merasa berdaya dan bahagia, bahkan ketika menghadapi kesulitan. Ada beberapa penyebab utama kenapa fenomena ini muncul:

1. Mencari Pelarian dari Stres

Saat ekonomi sedang sulit, banyak orang merasa cemas, lelah, dan tidak punya kendali atas hidupnya. Membeli sesuatu yang kecil tapi menyenangkan bisa memberikan ilusi kontrol seolah kita masih bisa “memanjakan diri” di tengah tekanan.

2. Efek Dopamin

Setiap kali kita berbelanja, otak melepaskan dopamin, yaitu hormon kebahagiaan yang menimbulkan rasa senang dan puas. Jadi, pembelian kecil bisa menjadi semacam mood booster yang cepat, walaupun hanya sementara.

3. Simbol Optimisme

Meskipun kondisi ekonomi menurun, membeli barang kecil dianggap sebagai tanda harapan. “Kalau masih bisa beli lipstik atau kopi mahal, berarti hidup belum seburuk itu.” Ini membuat orang tetap merasa optimis dan termotivasi untuk menjalani hari.

4. Budaya Konsumerisme dan Media Sosial

Di era digital, gaya hidup konsumtif semakin kuat karena pengaruh media sosial. Melihat orang lain tetap tampil gaya dan “enjoy life” membuat kita terdorong melakukan hal yang sama walau kondisi finansial mungkin tidak ideal.

5. Harga yang Terjangkau

Barang-barang yang terkait dengan lipstick effect biasanya punya harga tidak terlalu mahal seperti barang mewah. Jadi, walaupun sedang hemat, orang merasa pembelian seperti itu tidak terlalu “berdosa”. Padahal, kalau dilakukan terus-menerus, efeknya bisa terasa juga.

Contoh Nyata Lipstick Effect

Fenomena ini bukan cuma teori, tapi sudah terbukti berkali-kali di dunia nyata. Misalnya:

  • Tahun 2008, ketika terjadi krisis finansial global, penjualan lipstik, parfum, dan skincare justru meningkat di banyak negara.
  • Selama pandemi COVID-19, meski banyak orang kehilangan pekerjaan, penjualan produk self-care seperti masker wajah, perawatan tubuh, dan lilin aromaterapi melonjak.
  • Di Indonesia sendiri, tren lipstick effect juga terlihat dari penjualan kopi, makanan ringan premium, hingga barang-barang “aesthetic” kecil seperti lilin, totebag, atau aksesori lucu yang viral di media sosial.

Fenomena ini menunjukkan bahwa manusia cenderung mencari cara agar tetap merasa baik, bahkan ketika harus berhemat di area lain.

Dampak Lipstick Effect terhadap Kesehatan Finansial

Di satu sisi, lipstick effect bisa membantu menjaga kesehatan mental. Tapi di sisi lain, kalau tidak dikendalikan, fenomena ini juga bisa mengganggu stabilitas finansial pribadi.

Berikut ini dampak positif dan negatifnya:

Dampak Positif

1. Meningkatkan Kesehatan Emosional

Membeli hal kecil yang menyenangkan bisa jadi bentuk self-reward yang membantu menjaga semangat dan mengurangi stres. Ini penting untuk menjaga keseimbangan emosional, apalagi saat menghadapi tekanan finansial.

2. Menumbuhkan Rasa Optimisme

Saat kamu tetap bisa membeli hal kecil, otakmu mengasosiasikan hal itu dengan harapan. Artinya, kamu masih bisa menikmati hidup, walau sedang sulit. Hal ini bisa menjaga motivasi agar tetap produktif.

3. Mendukung Ekonomi Mikro

Secara makro, perilaku ini juga menggerakkan ekonomi. Konsumsi kecil dari masyarakat bisa membantu bisnis kecil tetap bertahan di masa sulit, misalnya toko kopi lokal, brand skincare kecil, atau usaha kuliner rumahan.

Dampak Negatif

1. Kebiasaan Konsumsi yang Tidak Terencana

Kalau terlalu sering membeli hal kecil, tanpa disadari pengeluaranmu bisa membengkak. Misalnya, beli kopi Rp35 ribu tiap hari kelihatannya sepele, tapi kalau dikalikan sebulan sudah lebih dari Rp1 juta.

2. Menurunkan Kemampuan Menabung

Karena merasa pembelian kecil tidak masalah, kamu bisa kehilangan disiplin menabung. Padahal, uang-uang kecil yang “hilang” itu bisa diinvestasikan untuk masa depan.

3. Efek Retail Therapy yang Menyesatkan

Banyak orang menjadikan belanja sebagai pelarian emosi. Tapi setelah efek senangnya hilang, yang tersisa justru rasa bersalah dan keuangan yang makin tipis.

4. Menimbulkan Pola Konsumsi Emosional

Kalau setiap kali stres kamu mencari pelarian lewat belanja, ini bisa jadi kebiasaan yang sulit dihentikan. Akibatnya, kamu jadi sulit mengontrol diri dan kehilangan arah finansial.

Cara Mengendalikan Lipstick Effect agar Tak Boros

Tenang, lipstick effect bukan berarti kamu harus berhenti menikmati hidup. Yang penting adalah bagaimana kamu mengelolanya dengan bijak. Berikut beberapa tips untuk menjaga keseimbangan antara kebahagiaan dan keuangan:

1. Buat Anggaran “Self-Reward”

Tetapkan porsi tertentu dari pendapatanmu (misalnya 5%) untuk kebutuhan hiburan atau pembelian kecil. Dengan begitu, kamu tetap bisa menikmati hidup tanpa merasa bersalah.

2. Gunakan Prinsip 24 Jam

Kalau kamu ingin membeli sesuatu yang tidak terlalu penting, tunda dulu 24 jam. Biasanya, keinginan itu akan menurun, dan kamu bisa berpikir lebih rasional.

3. Catat Pengeluaran Kecil

Sering kali, yang bikin boros bukan pengeluaran besar, tapi pengeluaran kecil yang rutin. Catat setiap pembelian agar kamu bisa melihat totalnya dan mengatur ulang prioritas.

4. Fokus pada Pengalaman, Bukan Barang

Kalau tujuannya adalah merasa bahagia, kamu bisa mencari alternatif yang lebih murah tapi bermakna, seperti jalan pagi di taman, membaca buku, atau ngobrol dengan teman.

5. Bangun Kesadaran Finansial

Mulailah menilai apakah pembelian tertentu benar-benar membuatmu bahagia atau hanya pelampiasan sesaat. Semakin kamu sadar, semakin mudah mengontrol impuls belanja.

Lipstick effect adalah fenomena menarik di mana orang tetap berbelanja hal-hal kecil yang menyenangkan meskipun sedang mengalami tekanan ekonomi. Hal ini terjadi karena manusia butuh rasa kendali, kebahagiaan, dan harapan bahkan di tengah situasi sulit.

Fenomena ini bisa membawa manfaat positif bagi kesehatan mental dan semangat hidup, tapi juga berpotensi menimbulkan masalah keuangan jika dilakukan tanpa kontrol.

Kuncinya adalah “keseimbangan”, boleh kok sesekali membeli hal yang bikin senang, asal tidak melampaui batas kemampuan finansial. Karena itu, jangan lupa untuk tetap menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung agar keuanganmu tetap sehat.

Supaya makin cuan, kamu bisa mencoba Saku Nabung dari Bank Saqu yang menawarkan bunga hingga 3,5% p.a. Kamu pun bisa memisahkan tabungan dan pengeluaran sehingga simpanan danamu tak akan tercampur.

Yuk, dapatkan manfaat dari Saku Nabung dari Bank Saqu dengan download aplikasinya di Android dan iOS terlebih dahulu!