Global Financial Literacy Excellence Center pada 2024 melaporkan bahwa hanya 50% gen Z atau yang berusia 18 hingga 27 tahun punya literasi keuangan yang baik. Bagaimana dengan sisanya?
Money Talk with T menyebut bahwa sumber utama pembelajaran gen Z terkait literasi keuangan adalah dengan lewat konten-konten di media sosial.
Namun, sayangnya tidak banyak dari mereka yang tahu cara praktis melakukannya. Makanya, dalam artikel ini Bank Saqu akan membahas serba-serbi literasi keuangan, dari manfaat hingga tips-tips meningkatkannya berikut ini.
Pengertian Literasi Keuangan
Literasi keuangan adalah kemampuan untuk memahami dan menerapkan konsep keuangan seperti perencanaan budget, menabung, berinvestasi, serta mengelola kredit dengan bijak.
Kurangnya literasi keuangan dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti menumpuknya utang, ketidakstabilan finansial, dan hambatan dalam pengembangan karier.
Dikenal sebagai digital native, Gen Z memandang uang bukan hanya sebagai alat untuk menghasilkan dan membelanjakan, tetapi juga sebagai sarana untuk terhubung serta berbagi pengalaman dengan orang lain.
Meskipun mereka mahir dalam teknologi dan terbiasa mencari informasi secara online, minat serta kesadaran mereka terhadap investasi masih cukup rendah.
Meski begitu, hasil Investopedia Financial Literacy Survey tahun 2022 menunjukkan bahwa Gen Z tidak kekurangan rasa percaya diri dalam hal keuangan dan mengaku memiliki pemahaman tingkat lanjut tentang pengeluaran.
Kebiasaan Gen Z dalam berbelanja dan menabung dipengaruhi oleh pengalaman mereka melihat orang tua mereka berjuang dengan KPR, kartu kredit, dan utang lainnya.
Beberapa Gen Z bahkan merasakan tekanan lebih besar untuk menabung karena mereka sendiri harus menghadapi beban utang dan risiko keuangan lainnya.
Risiko Keuangan yang Dihadapi Gen Z
Masih mengutip Investopedia, berikut adalah gambaran risiko dan tantangan finansial yang dihadapi Gen Z.
1. Utang
Sumber utang Gen Z beragam, tidak hanya dari kartu kredit tapi juga dari platform pinjaman online. Dengan semakin beragam platform atau penyedia jasa pinjaman, Gen Z dipermudah untuk mendapatkan pendanaan yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan.
Meski begitu, terkadang mereka tidak mengontrol pinjaman tersebut yang berakhir menjadi utang.
2. Pajak
Bagi Gen Z yang baru memulai karier, pajak menjadi hal yang sudah tidak asing, mereka bisa membaca dan mempelajarinya lewat konten media sosial.
Namun, pada praktiknya Gen Z dihadapkan pada banyak jenis pajak penghasilan hingga PPN yang meningkat.
Faktor lain yang memengaruhi adalah meningkatnya jumlah Gen Z yang menjadi pengusaha. Banyak dari mereka ingin memulai bisnis sendiri yang dapat menciptakan skenario pajak yang lebih rumit dibandingkan pekerja kantoran dengan penghasilan tetap.
3. Risiko investasi
Ketakutan Gen Z kehilangan uang adalah faktor utama mereka enggan berinvestasi. Memang, risiko investasi akan menghantui investor, terutama yang berinvestasi pada instrumen high risk high return, seperti saham dan crypto.
Selain ketakutan, Gen Z juga berhadapan dengan semakin banyaknya platform atau aplikasi yang menawarkan kemudahan trading atau berinvestasi, tapi platform-platform tersebut juga tidak luput dari tindakan kejahatan seperti penipuan.
Manfaat Literasi Keuangan
- Meningkatkan pemahaman tentang investasi sebelum memulainya.
- Membantu dalam membentuk kebiasaan menabung dan pengelola keuangan yang baik.
- Meningkatkan keamanan finansial ketika ada masalah tak terduga.
- Membantu dalam membangun safety net yang penting di zaman yang tak pasti.
- Memberikan pemahaman lebih luas tentang langkah-langkah untuk mengamankan masa depan.
- Mengetahui cara membedakan platform keuangan bodong dan resmi, untuk menghindari penipuan.
Cara Meningkatkan Literasi Keuangan untuk Gen Z
1. Gunakan tools digital sebagai media pembelajaran
Gen Z adalah generasi tech-savvy, maka media belajar literasi keuangan mereka harus menyesuaikan digital habits-nya. Contohnya melalui konten-konten video singkat di media sosial, podcast finansial, aplikasi budgeting, hingga platform investasi digital. Intinya ilmu harus diberikan dengan cara yang engaging dan gampang diakses.
2. Ajarkan budgeting dan smart spending
Memperkenalkan metode budgeting seperti 50/30/20 akan memudahkan Gen Z dalam mengelola pemasukan mereka. Selain itu, mereka juga bisa membangun kebiasaan mengontrol pengeluaran agar keuangan lebih sehat dengan aplikasi pencatat atau tracking keuangan.
3. Berikan arahan yang praktis
Literasi keuangan tidak hanya teori, tapi juga praktik dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Gen Z, akan lebih mudah untuk memahami dan menjalankan literasi keuangan jika mereka mendapatkan arahan yang praktis. Contohnya aplikasi yang membantu mereka belajar cara dan langkah-langkah berinvestasi.
4. Belajar soal manajemen utang dan kredit
Gen Z harus tahu tentang kredit skor, suku bunga, dan cara meminjam dengan bijak agar menghindari utang yang menumpuk di masa depan. Harusnya mereka memahami dampak dari telat melunasi kartu kredit atau gagal bayar pinjaman online dapat mencegah Gen Z salah langkah.
5. Perbanyak konten literasi keuangan di medsos
Berkaitan dengan poin pertama, konten-konten keuangan dalam format video dan podcast harus lebih banyak serta mudah ditemukan di media sosial, baik itu Instagram, TikTok, YouTuber, maupun X. Influencer juga bisa menjadi rujukan bagi Gen Z untuk mengembangkan literasi keuangan mereka.
6. Mengubah mindset
Literasi keuangan bukan hanya soal angka, tapi ada tujuan atau goal. Makanya, goal mindset harus bisa mulai ditanamkan, mulai dari perencanaan keuangan jangka pendek seperti menabung, hingga jangka panjang seperti dana darurat hingga dana pensiun.
7. Dorong kebiasaan menabung & passive income
Menabung bisa jadi langkah awal untuk membantu dana darurat, kemudian nanti pelan-pelan Gen Z dapat belajar berinvestasi untuk mendapatkan passive income. Dengan begitu, mereka dapat membangun keamanan dan stabilitas keuangan di masa depan.
Nah, untuk memastikan bahwa keuanganmu bisa terjaga dengan baik, maka penting untuk meningkatkan literasi keuangan dari sekarang. Selalu berhati-hati dalam berinvestasi atau mengajukan pinjaman.
Pastikan platform-platform sudah diawasi oleh pihak berwenang seperti Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.
Contohnya adalah program Saku Kredit dari Bank Saqu yang menawarkan pinjaman fleksibel. Saku Kredit sudah berada di bawah pengawasan OJK dan menawarkan limit hingga Rp30 juta dan kemudahan cicilan hingga 12 bulan.
Tertarik? Yuk, ketahui syarat lengkap dan cara daftarnya di sini. Setelah itu buat rekening dan ajukan pinjaman lewat aplikasi Android atau iOS Bank Saqu.